Lampumerahnews.id
Yogyakarta - Seperti menjadi tradisi setiap memasuki musim libur, keberadaan parkir liar tumbuh di mana-mana. Pengalaman seperti ini juga terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Karena itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mulai angkat suara menyoroti keberadaan parkir liar menjelang libur panjang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Sri Sultan bilang, sekaligus mengingatkan Pemkot Yogyakarta agar memperhatikan tata kelolah parkir selama libur Nataru. Pasalnya, keberadaan parkir tidak menimbulkan masalah selama libur Nataru. Terutama masalah parkir liar dan harga yang tinggi tidak sesuai dengan aturan.
Dalam peringatan itu, Sri Sultan minta Pemkot Yogyakarta melakukan penertiban parkir liar dan jika tidak sanggup maka Sultan sendiri yang bakal turun tangan membereskannya.
Sikap tegas ini muncul karena Sultan tidak ingin wajah pariwisata Yogyakarta tercoreng lagi.
Meski menghormati wewenang Pemkot, Sultan menegaskan ada batasnya. Ia siap mengambil alih komando jika jajaran Pemkot Yogyakarta sudah angkat tangan menghadapi kekacauan di lapangan.
“Kalau Kota merasa kewalahan, ya baru saya terjuni. Kita menghargai wewenang itu. Jangan terus menerobos saja,” ujar Sri Sultan.
Keresahan Sultan bukan tanpa sebab. Saat uji coba full pedestrian Malioboro awal Desember lalu, penyakit lama kambuh lagi.
Parkir liar menjamur di mana-mana dan sulit dikontrol. Sultan menilai, ini adalah ujian bagi Pemkot. Ia tak mau mendahului, tapi ia menuntut Pemkot proaktif mengarahkan situasi, bukan diam saja.
“Wong itu wewenang kabupaten/kota, kan gitu. Karena saya nggak mau menduluin,” ucapnya.
Tak cuma soal parkir dan harga, Sultan juga punya strategi ekstrem buat mengurai macet yang biasa ‘mengunci’ Jogja. Kendaraan dari arah timur yang tujuannya ke Jateng (Semarang atau Purworejo) dilarang keras masuk Kota Jogja maupun Ring Road.
Sultan minta polisi dan dinas terkait memecah arus sejak di Prambanan. Kalau mau ke Purworejo, langsung buang kiri lewat Piyungan. Mau ke Magelang, lewat kanan arah Tempel. “Jadi jangan masuk kota,” kunci Sri Sultan.
(Muhamad)


