Lampumerahnews.id
Karang Baru, Aceh Tamiang — Gelaran Festival Literasi Nasional Kabupaten Aceh Tamiang – 2025 yang digagas oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Aceh Tamiang berlangsung dengan ramai di ibukota kabupaten, menebar semangat membaca dan menulis ke sudut-sudut masyarakat. (18/11/2025)
Dalam suasana yang riuh namun penuh keakraban, pelbagai aktivitas literasi tersaji mulai dari lomba orasi “Duta Baca”, bedah buku, hingga talk-show dengan pelaku komunitas literasi dan tokoh pemerhati anak. Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat budaya literasi sekaligus memberi ruang bagi generasi muda Aceh Tamiang untuk bersuara dan berkarya.
Saat media mendatangi lokasi, terlihat deretan stan buku yang menampilkan koleksi bacaan anak-anak hingga orang dewasa; pengunjung duduk lesehan, sambil berbincang ringan tentang buku favorit mereka. Suasana santai ini ikut menyemarakkan festival, jauh dari kesan formal yang kaku.
Pj. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah mengatakan bahwa festival ini bukan sekadar ajang tahunan, tetapi momentum untuk membangkitkan minat baca di tengah perubahan zaman digital. Dia menyebut bahwa melalui lomba dan workshop kreatif, anak-anak dan remaja diharapkan tidak hanya jadi konsumen konten, melainkan juga pencipta konten.
Salah satu peserta lomba orasi, murid SMA dari Tamiang, mengatakan bahwa kesempatan berbicara di depan publik lewat tema “Membaca untuk Masa Depan” menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap budaya lokal. “Saya jadi makin sadar bahwa membaca itu bukan hanya tugas sekolah, tapi juga jendela dunia,” ujarnya tersenyum.
Meskipun acara berjalan meriah, panitia tetap memperhatikan protokol kesehatan dan kenyamanan pengunjung—ruang terbuka digunakan untuk menghindari kepadatan, dan meja-temu diskusi disebar agar pengunjung bisa bertukar ide dengan lebih bebas.
Festival ini akan berlangsung selama dua hari, dan diperkirakan diramaikan oleh ribuan pengunjung dari semua kalangan—orang tua bersama anak, komunitas baca, sekolah dasar hingga menengah, serta masyarakat umum. Dari meja-meja diskusi hingga stan interaktif, semua diarahkan untuk menciptakan atmosfer literasi yang hidup dan inklusif.
Dengan acara semacam ini, harapannya budaya literasi di Aceh Tamiang semakin bersinar—membuka peluang bagi generasi lokal untuk aktif, kreatif, dan tidak hanya menjadi penonton dalam era informasi .
(Kamalruzamal)


