Lampumerahnews.id
Pelindo sebagai BUMN pelabuhan memiliki tanggung jawab besar, bukan hanya dalam mengelola lalu lintas logistik nasional, tetapi juga menjaga lingkungan maritim—terutama di wilayah pesisir pelabuhan yang rentan tercemar. Salah satu program yang belakangan digagas adalah proyek pengelolaan sampah dan kebersihan laut di area pelabuhan Jakarta.
Terdengar baik, namun publik wajib bertanya lebih jauh:
Apakah proyek ini benar-benar dijalankan dengan transparan, tepat sasaran, dan berkelanjutan—atau justru hanya proyek citra yang menguntungkan segelintir pihak?
Masalah Lingkungan Laut Jakarta: Nyata dan Mendesak
Kawasan pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya selama ini menyimpan permasalahan lingkungan yang serius:
1. Sampah plastik menumpuk di perairan dan dermaga.
2. Limbah logistik dan aktivitas bongkar muat mencemari perairan.
3. Nelayan dan masyarakat pesisir terdampak langsung oleh pencemaran tersebut.
Di tengah kondisi itu, tentu program kebersihan laut dari Pelindo sangat dibutuhkan. Namun publik menuntut lebih dari sekadar seremoni bersih pantai atau kampanye sekali waktu.
Tiga Hal yang Harus Diawasi dari Proyek Bersih Laut Pelindo Jakarta
1. Transparansi Anggaran dan Mitra Pelaksana
Berapa besar dana yang dialokasikan? Siapa pihak ketiga yang ditunjuk? Apakah ada audit publik? Tanpa ini, proyek kebersihan laut berisiko menjadi ladang proyek mercusuar atau proyek titipan.
2. Keterlibatan Masyarakat Pesisir dan Buruh Pelabuhan
Apakah masyarakat dilibatkan sebagai bagian dari solusi atau hanya jadi penonton? Seharusnya nelayan, pemulung, dan buruh pelabuhan bisa dilibatkan dalam sistem pengelolaan sampah yang terstruktur dan memberikan manfaat ekonomi.
3. Dampak Nyata terhadap Ekosistem Laut
Apakah program ini menyentuh akar masalah—yaitu pencegahan limbah dan edukasi pelaku industri pelabuhan? Atau hanya membersihkan permukaan tanpa menyentuh sumber pencemar?
Warga dan Pekerja Pelabuhan Harus Mengawasi
Jangan sampai program lingkungan yang seharusnya menjadi solusi, justru dijadikan proyek rutin tahunan yang hanya menguntungkan vendor dan jaringan tertentu. Warga Jakarta, komunitas pesisir, dan serikat buruh pelabuhan harus aktif meminta laporan, data realisasi, dan keterlibatan dalam setiap tahapan program.
Solusi Ke Depan: Kolaborasi dan Transparansi
Pelindo harus membuka ruang partisipasi yang nyata, tidak hanya simbolik. Program bersih laut harus :
- Berbasis data ilmiah dan pemetaan titik pencemaran,
- Melibatkan masyarakat sekitar dalam operasional,
- Dilaporkan secara berkala ke publik,
- Disinergikan dengan program nasional seperti Gerakan Indonesia Bersih dan Penanganan Sampah Laut Nasional.
Penutup : _Jangan Jadikan Laut Proyek, Tapi Warisan Bersama
Laut dan pelabuhan bukan tempat untuk proyek jangka pendek. Laut adalah masa depan Indonesia, dan Jakarta adalah wajah maritim bangsa. Jangan jadikan proyek kebersihan laut sekadar ajang pencitraan. Jadikan ini gerakan kolektif yang menyelamatkan ekosistem, ekonomi pesisir, dan harga diri bangsa.
Penulis "SK