LAMPUMERAHNEWS.ID
Jakarta — Dalam rangka menyambut 500 tahun Jakarta dan memperkuat posisi Jakarta Utara sebagai simpul budaya maritim dan sejarah kota, Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Utara bersama Indonesia Hidden Heritage Creative Hub (IHHCH) dan Yayasan Rumah Budaya Michiels akan meluncurkan tiga buku kajian kebudayaan yang menyoroti warisan lokal, ritus komunitas, dan lanskap sejarah. Peluncuran buku di gelar di Ruang Bahari , Kantor Walikota Jakarta Utara ( 29/7).
Peluncuran ini merupakan bagian dari komitmen strategis terhadap Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dengan menempatkan warisan budaya sebagai fondasi pembangunan kota yang inklusif, berakar sejarah, dan tangguh secara sosial-ekologis.
1. Ritus dan Rasa di Pesisir Kota: Sebuah Kajian Objek Pemajuan Kebudayaan Jakarta Utara (Nyadran dan Burdong) Disusun oleh Tim Riset IHHCH, buku ini mengangkat dua ritus penting masyarakat pesisir sebagai ekspresi spiritual, solidaritas sosial, dan kekuatan budaya lokal. Kajian ini menunjukkan bagaimana tradisi komunitas dapat menjadi ruang dialog lintas generasi dan sumber ketahanan sosial di tengah perubahan zaman.
2. Jejak Peradaban di Jakarta Utara: Kajian Objek Cagar Budaya Situs Batu Tumbuh, Struktur Sungai Gomati dan Situs Pelabuhan Kota Tua , disusun oleh Tim Riset IHHCH, buku ini menelusuri tiga situs bersejarah yang membentuk lanskap budaya Jakarta Utara. Dengan pendekatan berbasis ekologi,sejarah, dan tata ruang, kajian ini menawarkan strategi pelestarian yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan kota secara berkelanjutan.
3. Nyanyian dari Kampung Tugu Penulisan buku ini diinisiasi oleh Yayasan Rumah Budaya Michiels, buku ini berkisah tentang komunitas Mardijker di Kampung Tugu—penjaga warisan musik keroncong, bahasa kreol, kuliner dan tradisi lokal sejak abad ke-17. Buku ini menyoroti pentingnya pelestarian identitas minoritas sebagai bagian dari keberagaman budaya Jakarta dan kekayaan ekspresi kreatif masyarakat. Bersamaan dengan peluncuran tiga buku tersebut diatas, acara ini juga ditandai dengan peluncuran mini album “Nongkrong Krontjong” dari Grup Krontjong Toegoe dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-37. Dalam mini album “Nongkrong Krontjong” terdapat 5 (lima) lagu karya personil Krontjong Toegoe dan album ini merupakan diskografi ke-14 kelompok yang dibentuk pada 12 Juli 1988 oleh Arend Julinse Michiels.
Moh. Ridwan ketua DPD Bamus Suku Betawi 1982 yang familiar di panggil "Bang Boim juga hadir dalam peluncuran buku menyampaikan "tentu nya saya mengapresiasi Sudin kebudayaan Jakarta Utara yang mau menggali potensi kekayaan lokal Jakarta Utara dalam bentuk sejarah peradaban , Seni dan kuliner , kita minta kepada Sudin untuk menggandeng komunitas yang ada , baik ormas, sanggar maupun kelompok yang ada terutama yang memiliki fokus terhadap pelestarian, pengembangan dan pemajuan budaya terutama budaya Betawi , karena pemerintah daerah dibawah pimpinan Parmono Anung sangat konsen terhadap budaya Betawi. "Terang Moh Ridwan.
Dia juga menegaskan " DPD Bamus Suku Betawi 1982 Jakarta Utara mendukung penuh langkah tersebut dan siap untuk berkolaborasi dengan Sudin kebudayaan Jakarta Utara atau UP museum yang ada di jakarta Utara."tegas nya